TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Safari religi PT Berau Coal berlanjut, kali ini Ustadz Mahya menapaki dermaga kecil di Jalan Pulau Derawan. Bukan untuk sekadar berangkat ke masjid sebagaimana rutinitas dakwahnya, melainkan menuju sebuah perjalanan yang berbeda: menyusuri laut lepas menuju Transshipment Point PT Berau Coal, lokasi pemuatan batu bara di muara pantai Berau.
Safari Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Panitia Hari Besar Islam (PHBI) PT Berau Coal memang rutin dilaksanakan setiap tahun. Biasanya berlangsung di daratan, namun kali ini suasana berbeda. Kapal besar yang difungsikan sebagai kantor terapung disulap menjadi ruang pengajian.
Para karyawan yang sehari-hari bergelut dengan aktivitas bongkar muat, menyambut hangat kehadiran sang ustadz.
Di ruang yang sederhana namun terasa akrab, lantunan sholawat pun menggema. Ustadz Mahya memimpin jalannya pengajian, sementara ombak laut yang tenang menjadi latar alami. Meski jauh dari masjid, nuansa religius begitu kental terasa.
Safari pengajian seperti ini adalah komitmen perusahaan untuk memberikan ruang spiritual bagi karyawan.
“Selain untuk memperingati Maulid Nabi, kegiatan ini juga diharapkan menjadi penopang semangat kerja yang aman dan produktif,” ujar salah satu perwakilan manajemen PT Berau Coal.

Bersama rombongan manajemen perusahaan, ia menempuh dua jam perjalanan dengan speedboat. Angin laut yang lembut dan riak ombak seolah menjadi pembuka untuk pengalaman barunya: menyampaikan tausiyah di atas kapal, jauh dari daratan.
“Alhamdulillah, hari ini saya ikut Safari Maulid Nabi yang sungguh luar biasa. Selama ini saya berdakwah di kampung-kampung, dan ini pertama kalinya ceramah di atas kapal,” ungkap Ustadz Mahya penuh rasa syukur.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Mahya menekankan pentingnya meneladani sosok Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Ia menuturkan, Rasulullah tidak hanya menjadi teladan sebagai seorang rasul, tetapi juga dalam peran-peran keluarga dan sosial.
“Nabi adalah ayah yang penuh kasih, anak yang berbakti, tetangga yang peduli, bahkan kakek dan paman yang penuh perhatian. Sifat-sifat inilah yang patut kita terapkan dalam keseharian,” pesannya kepada para karyawan.
Bagi para pekerja, pengajian ini bukan sekadar seremonial, melainkan momen spiritual yang jarang mereka temui di tengah rutinitas kerja di laut.
Sebelum kembali ke Tanjung Redeb, Ustadz Mahya dan rombongan sempat menikmati secangkir kopi di anjungan kapal. Dari sana, hamparan laut yang luas dan tenang menemani percakapan sore bersama para pekerja. Berdakwah di tengah laut merupakan pengalaman spiritual tersendiri bagi dirinya.
“Semoga Allah memberikan keberkahan untuk seluruh karyawan Transshipment Point PT Berau Coal, dan semoga perusahaan makin jaya serta penuh keberkahan,” kuncinya.
Bagi Ustadz Mahya, perjalanan kali ini bukan hanya tentang ceramah di tempat baru, tetapi juga tentang bagaimana dakwah bisa hadir di mana saja, bahkan di atas ombak. (ADV)
Penulis: Muhammad Izzatullah
Editor: Dedy Warseto





