TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Situasi keamanan nasional yang belakangan tak menentu membuat sejumlah agenda nasional maupun daerah mengalami penyesuaian, termasuk perayaan Bulan Kunjung Perpustakaan 2025 di Kabupaten Berau.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Berau, Yudha Budisantoso, mengungkapkan bahwa pihaknya semula telah menyiapkan perayaan berskala besar. Amphitheater yang berada di kawasan kantor Dispusip bahkan sudah disiapkan sebagai pusat acara dengan target ratusan peserta dari berbagai kalangan.
Namun, rencana itu harus diubah menyusul imbauan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) agar seluruh daerah membatasi kegiatan seremonial berskala besar demi menjaga stabilitas.
“Sudah kami siapkan dengan cukup matang. Tapi karena ada imbauan dari pusat, akhirnya kami sesuaikan. Keputusan ini juga dibahas bersama Forkopimda,” ungkap Yudha.
Meski skala acara menyusut, esensi perayaan tetap dijaga. Pembukaan Bulan Kunjung Perpustakaan tetap berlangsung beberapa waktu lalu, dengan konsep terbatas dan hanya melibatkan mitra strategis, seperti ATPUSI (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia), Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), komunitas literasi, perusahaan, hingga perwakilan sekolah dan desa.
“Kami ingin menjaga ruh program ini, yakni membangun hubungan erat antara perpustakaan dan masyarakat. Meski lebih kecil, kualitas tetap kami utamakan,” jelasnya.
Yang menarik, tahun ini Dispusip memperkenalkan Gerakan Literasi Hijau sebagai inovasi baru. Program ini ditandai dengan penanaman pohon di sekitar kantor Dispusip, serta penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama DLHK Berau terkait pemanfaatan ruang publik.
“Literasi bukan hanya soal teks dan buku. Ia juga menyangkut kesadaran lingkungan dan kepedulian sosial. Melalui Literasi Hijau, kami ingin menyampaikan bahwa mencintai pengetahuan berarti juga mencintai lingkungan tempat pengetahuan itu tumbuh,” tegasnya.
Selama September hingga November, Dispusip tetap menghadirkan beragam kegiatan literasi yang menyasar semua jenjang usia. Mulai dari lomba mewarnai dan menggambar untuk anak-anak TK, sesi mendongeng, lomba Ranking 1 tingkat SMP, hingga lomba cipta dan baca puisi untuk pelajar SMA.
Tak hanya itu, ada pula lomba menulis cerpen bagi siswa SMP dan lomba esai untuk masyarakat umum dengan tema “Jika Aku Menjadi Kepala Dispusip Berau”.
Selain kegiatan lomba, agenda yang juga dinanti adalah bedah buku yang dilanjutkan dengan talkshow bersama penulis sekaligus budayawan dari tingkat provinsi.
Dengan cara ini, Dispusip ingin memastikan bahwa literasi benar-benar bisa dinikmati oleh semua kalangan.
“Literasi adalah milik semua orang. Karena itu, setiap jenjang usia kami ajak berpartisipasi,” ucapnya.
Meski saat ini sebagian acara harus dibatasi, Dispusip Berau tetap optimistis. Jika situasi keamanan nasional kembali kondusif, sejumlah agenda terbuka berpotensi digelar kembali.
“Keselamatan dan ketenangan masyarakat tetap menjadi prioritas utama. Tapi kami siap kapan saja untuk kembali menghadirkan kegiatan di ruang publik,” tutupnya.
Sementara itu, Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, menekankan bahwa pembudayaan literasi bukan hanya menjadi tanggung jawab Dispusip semata, tetapi juga perlu melibatkan Dinas Pendidikan serta perangkat daerah lainnya. Hal ini menurutnya sejalan dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Berau sudah mencatat prestasi, salah satunya melalui akreditasi dari Perpusnas dan kegiatan perpustakaan kampung berbasis inklusi yang mendukung kesejahteraan masyarakat. Literasi harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sri juga mengingatkan bahwa pengembangan literasi tidak boleh sekadar mengejar fasilitas atau penghargaan. Fokus utama, kata dia, harus tetap pada manfaat nyata bagi masyarakat.
“Kita perlu inovasi dan program terpadu agar literasi benar-benar meningkatkan derajat pengetahuan masyarakat, sekaligus mendukung kemajuan daerah,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto