TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Ancaman penyakit tidak menular (PTM), khususnya Diabetes Melitus (DM), semakin nyata di Kabupaten Berau. Tidak hanya menyerang kelompok usia lanjut, kini gejala diabetes mulai ditemukan pada kalangan muda. Melihat kondisi tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau memfokuskan strategi pada upaya deteksi dini dan edukasi kesehatan sejak usia remaja.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Berau, Garna Sudarsono, menegaskan bahwa langkah pencegahan tidak bisa lagi menunggu hingga seseorang memasuki usia dewasa. Saat ini, edukasi dan screening perlu diperluas agar generasi muda lebih waspada terhadap faktor risiko diabetes.
“Sekarang sudah ada remaja yang mulai terindikasi. Ini tentu mengkhawatirkan. Karena itu, kita bergerak melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Tujuannya supaya mereka bisa mencegah sejak dini,” ungkap Garna, baru-baru ini.
Dinkes Berau telah menggencarkan sosialisasi ke kalangan pelajar SMA. Dalam kegiatan terakhir, tercatat 100 pelajar dari 10 sekolah diundang untuk mengikuti penyuluhan mengenai pola hidup sehat, pentingnya olahraga, serta risiko kebiasaan konsumsi gula berlebih. Tidak hanya di wilayah perkotaan, program serupa juga menyasar sekolah-sekolah di kampung melalui kerja sama dengan Puskesmas.
“Untuk kampung, kami libatkan Puskesmas agar mereka bisa langsung masuk ke sekolah di wilayah kerjanya. Jadi bukan hanya di kota, tapi menyeluruh,” tambahnya.
Meski demikian, Garna mengakui pelaksanaan screening kesehatan bagi usia produktif masih belum optimal. Hampir seluruh Puskesmas di Berau belum mampu menjangkau pemeriksaan rutin secara maksimal, baik di tingkat perkotaan maupun perkampungan.
“Screening usia produktif memang belum berjalan maksimal. Ini masih jadi pekerjaan rumah kita bersama. Padahal, screening itu sangat penting sebagai deteksi dini,” katanya.
Upaya deteksi dini yang dimaksud dilakukan melalui berbagai jalur, antara lain pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas, program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), hingga kegiatan jemput bola ke sekolah dan perkantoran. Melalui cara ini, masyarakat didorong untuk lebih peduli terhadap kondisi kesehatannya sendiri.
Menurut Garna, keberhasilan menekan angka diabetes tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan. Perubahan pola hidup, mulai dari menjaga pola makan, rutin berolahraga, hingga memeriksakan kesehatan secara berkala, menjadi kunci utama.
“Kalau edukasi jalan, screening juga diperluas, kita optimis angka penderita penyakit tidak menular bisa ditekan. Tapi itu harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk mau menjaga kesehatan,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih disiplin menjalani gaya hidup sehat.
“Risiko diabetes bisa diminimalisasi sejak dini, sehingga masyarakat Berau dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik di masa depan,” kuncinya. (*/)
Penulis: Muhammad Izzatullah
Editor: Dedy Warseto