TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Pemkab Berau melalui Dinas Perkebunan (Disbun) kini tengah menyusun roadmap pengembangan dua komoditas unggulan, yakni kelapa dan kakao.
Penyusunan dokumen ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait penetapan komoditas strategis daerah.
Dalam kesempatannya, Kepala Disbun Berau, Lita Handini, menjelaskan bahwa dari hasil audit BPK terdapat tiga komoditas unggulan yang ditetapkan, yaitu kelapa, kakao, dan jagung.
Namun, kata dia, kewenangan penyusunan roadmap untuk kelapa dan kakao menjadi tanggung jawab Disbun, sementara jagung akan diatur oleh OPD terkait lainnya.
“Rekomendasi BPK itu salah satu rencana aksinya adalah penyusunan roadmap. Untuk kelapa dan kakao menjadi kewenangan kami. OPD lain juga punya kewajiban yang sama sesuai bidang masing-masing,” ungkapnya.
Menurutnya, penyusunan roadmap ini tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan membutuhkan kerja lintas sektor.
Ia menyebut, pihaknya fokus pada pengembangan budidaya dan peningkatan produksi di hulu, sedangkan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) diarahkan menyusun roadmap industri hilir. Sementara itu, bidang perizinan akan menyusun roadmap investasi.
“Jadi ini kerja bersama, saling sinergi antar-OPD agar arah pengembangan komoditas lebih jelas dan terukur,” tegasnya.
Diakuinya juga, dalam proses penyusunan, Pemkab Berau menggandeng Universitas Mulawarman (Unmul) sebagai mitra akademik. Hasilnya sudah masuk tahap akhir presentasi dan dihadiri oleh OPD terkait. Roadmap ini nantinya akan menjadi acuan pembangunan sektor kelapa dan kakao untuk lima tahun ke depan.
“Dokumen ini benar-benar diproyeksikan untuk jangka menengah, lima tahun ke depan. Harapannya, pengembangan komoditas ini tidak hanya berhenti di tahap budidaya, tetapi berlanjut hingga ke industri pengolahan,” terangnya.
Lita menambahkan, roadmap juga akan mengakomodasi potensi dua jenis kelapa, yakni kelapa dalam dan kelapa genjah. Menurutnya, pengembangan kelapa genjah cukup penting karena memiliki masa panen lebih singkat dibandingkan kelapa dalam.
“Kelapa dalam tetap kita budidayakan, tapi kelapa genjah juga harus didorong karena lebih cepat panen. Ini bisa mempercepat perputaran ekonomi bagi petani,” ujarnya.
Selain kelapa, kakao juga menjadi perhatian utama Disbun. Setiap tahun, pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi melalui program perluasan lahan, pemberian bibit, pupuk, hingga pelatihan bagi petani. Bantuan alat pengolahan kakao juga diberikan agar produk tidak hanya berhenti sebagai bahan mentah.
“Pengembangan kakao terus berjalan, dari hulu hingga hilir. Kita ingin bukan hanya meningkatkan luas tanam dan produktivitas, tapi juga mendorong pengolahan agar nilai tambahnya lebih besar,” kata Lita.
Dengan adanya roadmap, Pemkab Berau berharap arah pengembangan kelapa dan kakao lebih terintegrasi, mulai dari budidaya, pengolahan, hingga pemasaran. Langkah ini diharapkan mampu membuka peluang investasi baru, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Target akhirnya, kelapa dan kakao bisa menjadi komoditas strategis yang tidak hanya menopang perekonomian daerah, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi pembangunan Berau,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto