TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Menghadapi ancaman bencana banjir yang terus menghantui wilayah Kabupaten Berau, Pemerintah Kabupaten Berau menggelar kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi dan Sinergi Penanggulangan Banjir Tahun 2025.
Acara ini menjadi langkah awal dalam memperkuat kesiapsiagaan serta membangun koordinasi lintas sektor dalam mengantisipasi bencana banjir.
Dalam kesempatannya, Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menekankan bahwa banjir merupakan bencana yang kerap terjadi hampir setiap tahun dan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di wilayah rawan seperti Kecamatan Teluk Bayur, Sambaliung, Tanjung Redeb, hingga kawasan pesisir dan kampung-kampung sekitar aliran Sungai Segah dan Kelay.
“Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kampung Long Ayap, Merasa, Tumbit Melayu, dan Meraang. Kejadian ini harus menjadi peringatan bagi kita semua untuk tidak menunggu bencana datang baru bertindak,” ungkap Sri.
Ia menegaskan, dokumen rencana kontingensi yang tengah disusun bukan sekadar formalitas administrasi, melainkan komitmen konkret untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi kerugian materi, serta mempercepat proses pemulihan pasca-bencana.
Selain itu, Bupati juga menyerukan pentingnya sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah, TNI/Polri, dunia usaha, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam menciptakan sistem penanggulangan bencana yang terkoordinasi dan efektif.
“Saya berharap, penyusunan dokumen ini tidak hanya berhenti di atas kertas. Harus ada pelatihan, simulasi, koordinasi terpadu, dan dukungan sumber daya yang nyata. Ini tentang menyelamatkan masyarakat kita,” ujarnya.
Sri juga mengingatkan bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Karena itu, ia mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau agar menjadi motor penggerak kolaborasi dalam seluruh tahapan manajemen bencana.
Dalam kesempatan yang sama, ia turut menyinggung perubahan cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Berau belakangan ini. Suhu udara sempat mencapai 36 derajat celcius dan menempatkan Berau sebagai salah satu kota terpanas di Indonesia.
“Kondisi ini memperbesar risiko terjadinya bencana lain seperti kebakaran. Saya minta kita semua meningkatkan kewaspadaan, tidak hanya terhadap banjir tetapi juga terhadap bencana akibat cuaca ekstrem,” tuturnya.
Sri berharap kegiatan ini dapat memperkuat kapasitas daerah dalam menghadapi bencana, serta meningkatkan kesadaran semua pihak bahwa penanggulangan bencana adalah tanggung jawab bersama. (Advertorial)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim