PORTALBERAU – Ekspor batu bara Indonesia pada lima bulan pertama tahun ini turun 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi sekitar 187 juta ton, level terendah sejak tahun 2022.
Dilansir dari berbagai sumber, penurunan ini disebabkan berkurangnya pembelian batu bara Indonesia oleh Tiongkok.
Tiongkok kini membeli batu bara berkalori tinggi dari Rusia dan Mongolia.
Sementara India membeli batu bara berkalori tinggi dari Afrika Selatan, Kazakhstan, dan beberapa negara Afrika lainnya.
Meskipun penurunan ini tergolong kecil dan pendapatan negara masih tinggi, potensi dampaknya tetap perlu diwaspadai.
Produsen dan pemerintah Indonesia harus mulai bersiap mengantisipasi berkurangnya ekspor batu bara nasional.
Penurunan harga batu bara global berakibat semakin kompetitifnya harga batu bara kalori tinggi dengan batu bara kalori rendah.
Dari segi pemanfaatannya, batu bara dengan nilai kalori lebih tinggi akan menghasilkan lebih banyak energi untuk setiap dolar yang dibelanjakan.
Satu juta ton batu bara dengan nilai kalori tinggi dapat menggantikan 1,2 hingga 1,5 juta ton batu bara kalori rendah.
Signifikansi efisiensi itulah yang menjadi alasan India dan Tiongkok memangkas secara tajam permintaan batu bara dari Indonesia dan mengalihkan ke negara-negara produsen batu bara dengan kalori lebih tinggi.
Ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok dan India masing-masing turun 12,3?n 14,3%.
Kondisi ini tentu tidak menguntungkan karena total cadangan batu bara kalori tinggi di Indonesia kian menipis.
Dari total sekitar 31 miliar ton dengan sumber daya yang ditaksir sekitar 97 miliar ton, hanya sekitar 5% saja batu bara dengan kalori tinggi atau 6.000 kcal per gar. Indonesia memang masih layak disebut raksasa batu bara global.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara Indonesia sepanjang Januari hingga Maret 2025 atau kuartal I 2025 mencapai 171 juta ton dengan ekspor mencapai 123 juta ton.
Namun, sebagai pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia, Indonesia harus waspada.
Tren negara importir batu bara seperti India dan Tiongkok bisa saja menjalar ke negara-negara importir yang lain.
Diperlukan strategi jitu untuk menjaga agar batu bara Indonesia tetap membara.
Upaya eksplorasi yang efektif dan perubahan paradigma pemanfaatan batu bara dengan kalori tertentu pun juga harus menjadi fokus utama dimulai dari pemenuhan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. (*)