TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Inovasi pendidikan di Kabupaten Berau kembali mendapat pengakuan di tingkat nasional. Dua sekolah di Bumi Batiwakkal ditunjuk sebagai lokasi studi lapangan (benchmarking) oleh peserta pelatihan dari sejumlah sekolah di Kota Makassar.
Penunjukan ini menjadi bagian dari upaya memperluas penerapan praktik baik dalam mencegah dan menangani perundungan di lingkungan sekolah.
Adapun dua sekolah yang menjadi lokasi pembelajaran lapangan adalah SD Negeri 004 Teluk Bayur dan SMP Negeri 1 Talisayan.
Kedua sekolah ini dinilai berhasil menerapkan pendekatan pembelajaran yang aman, inklusif, serta responsif terhadap isu-isu perundungan, sehingga memenuhi kriteria sebagai sekolah percontohan dalam program nasional.
Dalam kesempatannya, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Berau, Mardiatul Idalisah, menjelaskan bahwa penunjukan ini didasarkan atas surat permohonan dari Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Pemerintahan (Pusjar SKMP) Sulawesi Selatan, yang tengah mengembangkan pelatihan bertema Pencegahan dan Penanganan Perundungan.
“Ini bagian dari implementasi program Sekolah RAMAH (Responsif, Adaptif, Mandiri, dan Harmonis), yang saat ini dijalankan sebagai penguatan kapasitas inovasi di satuan pendidikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa studi lapangan ini merupakan bagian penting dari kurikulum pelatihan, yang memberikan ruang bagi peserta untuk belajar langsung dari praktik baik di lapangan tidak hanya melalui teori semata.
“Studi ini bertujuan agar peserta dari Makassar bisa melihat langsung bagaimana sebuah inovasi diterapkan secara nyata di lingkungan sekolah, termasuk strategi pencegahan perundungan yang melibatkan seluruh warga sekolah,” jelasnya.
Kegiatan studi lapangan ini telah diawali melalui pertemuan daring via Zoom pada 25 Juni 2025. Dalam pertemuan tersebut, para peserta diperkenalkan dengan pendekatan-pendekatan partisipatif yang telah diterapkan oleh dua sekolah tersebut.
Mardiatul menyebut, SDN 004 Teluk Bayur dan SMPN 1 Talisayan selama ini aktif menjalankan program sekolah IDAMAN (Indah, Aman, dan Nyaman). Program ini bukan sekadar slogan, melainkan menjadi gerakan nyata yang melibatkan kepala sekolah, guru, siswa, hingga orang tua dalam menciptakan budaya positif di sekolah.
“Kedua sekolah ini menerapkan sistem yang tidak hanya menindak perundungan, tetapi juga mencegahnya sejak dini melalui pendekatan edukatif dan keterlibatan semua pihak. Inilah yang ingin diangkat dalam benchmarking ini,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa inovasi pendidikan tidak harus lahir dari pusat atau kota besar. Kabupaten seperti Berau pun bisa menjadi rujukan nasional dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih sehat dan manusiawi.
“Ini membuktikan bahwa sekolah-sekolah di daerah juga mampu melahirkan praktik baik yang bisa direplikasi. Kami bangga Berau dipercaya sebagai bagian dari proses transformasi pendidikan nasional,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto