TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Pemkab Berau melalui Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) terus berkomitmen mendukung industri kreatif lokal.
Salah satu bentuk nyata dukungan itu adalah penyelenggaraan Pelatihan/Pendampingan Produksi Tenun dan Pelatihan Pembuatan Tas Anyaman dan Tenun, yang dimulai secara serentak pada Sabtu (3/5/25).
Dalam kesempatannya, Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita menjelaskan, pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku industri rumahan agar lebih siap bersaing di pasar, sekaligus menjawab berbagai tantangan produksi yang selama ini dihadapi pengrajin tenun dan anyaman di Bumi Batiwakkal.
“Pelatihan ini terdiri dari dua kegiatan. Pertama, pelatihan pembuatan tas anyaman dan tenun yang dilaksanakan selama lima hari, mulai 3 hingga 7 Mei 2025, di Ruang Rapat Lantai 1 Kantor Diskoperindag dan diikuti oleh 21 peserta dari wilayah Sambaliung,” ungkap Eva.
Lanjutnya, kegiatan kedua adalah pendampingan produksi tenun yang dilaksanakan di sentra tenun Kampung Sukan Tengah, Kecamatan Sambaliung.
Ia menyebut, kegiatan ini diikuti oleh 20 pengrajin dari Kampung Sukan Tengah, Trans Bangun, dan Tumbit Melayu, yang akan berlangsung selama 10 hari, hingga 12 Mei 2025.
Eva menginginkan peserta dapat mengikuti pelatihan dengan sungguh-sungguh dan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh secara nyata.
“Serap semua ilmu dari narasumber, dan hasilkan produk-produk yang berkualitas dan bisa langsung dipasarkan. Ini bukan hanya soal keterampilan, tapi juga untuk meningkatkan pendapatan para peserta,” katanya.
Eva tidak menampik bahwa pengrajin tenun di Berau masih menghadapi sejumlah kendala, terutama dari sisi kualitas dan kuantitas produk. Dibutuhkan pelatihan rutin, terutama dalam hal pewarnaan, desain motif, dan efisiensi waktu produksi.
“Saat ini, untuk menghasilkan satu kain tenun masih memerlukan waktu yang lama, sementara harga jualnya cukup tinggi. Ini perlu kita carikan solusi, salah satunya dengan meningkatkan keterampilan dan efisiensi kerja para pengrajin,” paparnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga terus melakukan upaya-upaya untuk mendorong pengrajin untuk menyusun standar harga produk berbasis tingkat kesulitan dan lama pengerjaan.
Standarisasi ini diharapkan dapat mencegah disparitas harga antar pengrajin yang membuat konsumen bingung.
“Kita ingin setiap kampung punya acuan harga yang seragam untuk jenis produk yang sama. Jadi, pembeli bisa mendapatkan harga yang wajar dan pengrajin juga tetap mendapatkan keuntungan yang layak,” tuturnya.
Selain itu, Diskoperindag juga menyoroti kebiasaan pengrajin yang hanya menenun saat ada pesanan. Hal ini membuat stok produk kerap kosong saat ada permintaan mendadak.
“Kami ingin ke depan para pengrajin mulai berpikir untuk memiliki stok barang yang siap jual. Produksi harus terus berjalan, tidak menunggu pesanan masuk,” tegasnya.
Terkait peralatan, Eva menyebut bahwa fasilitas seperti alat tenun dan mesin jahit telah disediakan secara gratis di sentra tenun Kampung Sukan.
Bahkan, kata dia, Diskoperindag juga telah mendukung koperasi di Sambaliung dengan bantuan peralatan produksi tas anyaman yang kini digunakan untuk mendukung pelatihan.
Dirinya menambahkan, dengan sinergi antara pemerintah, koperasi, dan pengrajin lokal, Eva optimis industri kreatif di Berau akan terus tumbuh dan memberi dampak nyata bagi perekonomian masyarakat.
“Pelatihan ini bukan titik akhir, tapi awal dari pengembangan kapasitas industri kecil kita agar lebih berdaya dan berkelanjutan,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto