TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Bagi banyak orang, terutama lansia, katarak menjadi momok yang menghambat aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dialami Sahran, pria berusia 70-an asal Merancang Ulu, yang selama dua tahun terakhir harus menghadapi keterbatasan penglihatan akibat katarak di kedua matanya.
“Sebelum operasi, mata kiri saya masih bisa melihat sekitar 75 persen, tapi mata kanan saya sangat buram. Saya bahkan tidak bisa mengenali orang dari kejauhan, hanya bayangan saja,” ungkapnya.
Meski telah memasuki usia lanjut, Sahran tetap aktif bekerja sebagai peternak, pekebun, dan juga memancing di laut. Namun, penglihatannya yang semakin kabur membuatnya kesulitan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.
“Susah sekali ketika mau membuka ikan, memasang pancing, dan mencari umpan karena mata kanan saya hampir tidak bisa melihat. Jadi, saya hanya mengandalkan satu mata saja,” ujarnya.
Meskipun sadar penglihatannya semakin menurun, Sahran tidak segera menjalani pengobatan. Selain faktor biaya, kondisinya saat itu belum memungkinkan untuk dilakukan operasi.
Harapan pun muncul ketika anaknya, Rahman, mengetahui adanya program bakti sosial operasi katarak gratis. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Berau Coal, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Cabang Sinar Mas, Perdami Kaltim-Kaltara, Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kesehatan, Kodim 0902/Berau, RSUD dr. Abdul Rivai, dan Rumah Sehat Baznas Berau.
“Begitu tahu ada program ini, kami langsung mendaftarkan bapak untuk operasi katarak. Kami berharap setelah operasi, penglihatannya bisa membaik sehingga ia dapat kembali beraktivitas seperti biasa,” ucapnya.
Pada 18 Januari, Sahran bersama ratusan pasien lainnya mengikuti proses screening untuk menentukan kelayakan operasi. Setelah dinyatakan lolos, ia dijadwalkan menjalani operasi katarak pada 25 Januari.
Proses operasi berjalan cepat dan lancar. Sahran yang awalnya merasa khawatir justru merasa lega setelah menjalani operasi.
“Saya pikir akan sakit, ternyata tidak sama sekali. Beberapa hari setelah operasi, penglihatan saya perlahan mulai membaik dan jauh lebih jernih dari sebelumnya,” katanya dengan wajah sumringah.
Rahman mengungkapkan rasa syukur atas bantuan dari berbagai pihak yang telah menyelenggarakan operasi katarak gratis ini. Menurutnya, program ini sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang kesulitan mengakses layanan kesehatan mata karena keterbatasan biaya.
“Proses dari pendaftaran hingga operasi sangat mudah, kami juga didampingi oleh tenaga kesehatan dari puskesmas. Kalau operasi ini dilakukan secara mandiri, biayanya pasti sangat besar. Kami sangat terbantu dengan adanya program ini,” tutur Rahman.
Ia juga berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan di masa mendatang, sehingga lebih banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat.
“Terima kasih kepada PT Berau Coal, Yayasan Buddha Tzu Chi, Pemerintah Daerah, tenaga kesehatan, dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya program ini,” kuncinya.
Bakti sosial ini menjadi bukti bahwa kolaborasi dari berbagai pihak dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, terutama dalam meningkatkan kualitas hidup mereka yang membutuhkan. Kini, Sahran dapat kembali menjalani aktivitasnya dengan lebih baik, membawa harapan baru bagi kehidupannya ke depan. (ADV)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto