TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau sempat masuk dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dengan serapan anggaran terendah. Dengan total anggaran Rp 31,8 miliar, BPBD baru dapat menyerap 30 persen hingga September 2024.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BPBD Berau, Masyhadi Muhdi mengungkapkan, bahwa persentase tersebut sudah dimasuki oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2024. Sehingga persentase yang seharusnya sudah melebihi 50 persen justru turun lagi.
“Apalagi di ABT ini ada kegiatan besar yang masuk, membuat serapan yang seharusnya diatas 50 persen menjadi turun lagi,” ungkapnya.
Lanjutnya, adapun kegiatan yang dimaksud adalah pengelolaan Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR) sebesar Rp 2,9 miliar. Di mana peruntukannya guna penanganan bencana khususnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di semua kecamatan.
“Di manapun terjadi kebakaran, dana itu bisa dipakai. Mulai dari pencegahan sampai pemadaman,” ujarnya.
Dirinya menerangkan, BPBD tidak memiliki upaya percepatan penyerapan anggaran.
Namun di sisi lain, sebagian anggaran juga digunakan untuk peningkatan kapasitas SDM berupa pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan.
Termasuk pengadaan alat pemadam kebakaran dan armada sebanyak 4 unit, serta perahu karet.
“Mobil pemadam ini kita sangat perlu peremajaan karena usianya saat ini sudah di atas 5 tahun. Sehingga pemeliharaannya terasa berat. Paling tidak kita perlu 1-2 mobil untuk menunjang aktivitas untuk emergency yang cepat,” bebernya.
Dengan tambahan 4 unit itu, dinilai sudah cukup untuk mengcover kebuhutan di Kecamatan Tanjung Redeb.
Sedangkan, untuk di kecamatan lain masih perlu pemeliharaan ekstra. Selain lantaran usianya juga sudah 5 tahun lebih, medan di kecamatan lumayan berat. Apalagi jika ada karhutla.
“Yang butuh tambahan armada tentunya di kecamatan yang sering terjadi karhutla, seperti di Tanjung Batu, Gunung Tabur, Tabalar, dan Segah,” ucapnya.
Menurutnya juga, peruntukan mobil di sana digunakan untuk memadamkan kebakaran pemukiman. Sehingga, diperlukan mobil yang siap siaga setiap saat.
Kebakaran pemukiman yang tidak bisa diprediksi membuat personel kelabakan jika suatu saat terjadi, sementara mobil dalam keadaan tidak siap. Berbeda hal dengan karhutla yang bisa diprediksi terjadi, ketika masuk musim kemarau.
Masyhadi menambahkan, bahwa serapan anggaran tahun lalu sekitar 80 persen. Tahun ini ditarget serapan bisa mencapai 90 persen lebih.
Dirinya tetap optimistis meskipun anggaran pada ABT ini cukup besar, tapi penggunaannya terbatas oleh waktu. Pun BPBD dibebernya juga kekurangan staff.
“Prioritas kita tahun depan akan mengutamakan dokumen perencanaan, sehingga tahapan penanggulangan bencana bisa kita tata lebih rapi,” terangnya.
“Tahun ini kami memang kurang maksimal dalam perencanaan, tapi semua akan tetap berjalan sesuai dengan perencanaan awal,” kuncinya. (*/)
Penulis : Wahyudi
Editor : Ikbal Nurkarim