TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Dinas Pangan Berau berupaya meningkatkan keaktifan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Berau.
Salah satunya dengan memberikan bantuan stimulan, mulai dari bibit, pelatihan, hingga peralatan pertanian.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan mengatakan, pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2024 ini, pihaknya telah memberikan bantuan kepada 7 KWT yang ada di Kampung Suaran, Pilanjau, Gurimbang, Inaran, Labanan Makarti, Pilanjau dan Kelurahan Gunung Tabur.
“Kami memberikan bantuan berdasarkan usulan KWT. Mulai dari bibit sayur-sayuran seperti bayam, buncis, gambas, kunyit, dan sebagainya,” ungkap Rakhmadi, Selasa (22/10/24).
Lanjutnya, usulan tersebut ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Berau Nomor 437 Tahun 2024 terkait penentapan kelompok tani penerima bantuan hibah berupa benih atau bibit tanaman (toga, pangan alternatif, sayur-sayuran), pupuk kandang, pupuk organik cair dan bahan/peralatan penunjang lapau pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (LPB2SA).
Di tempat yang sama, Analis Ketahanan Pangan Dinas Pangan Berau, Normalina menuturkan, dari 7 KWT yang menerima bantuan ada 2 kelompok yang sudah dalam tahap pengembangan.
Yakni, sudah pernah mendapat bantuan tapi diberikan lagi karena dianggap sebagai KWT yang berhasil.Selain itu, Dinas Pangan juga rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat keaktifan KWT dalam melakukan aktivitas bertani untuk menunjang pangan keluarga.
Salah satu yang dinilai aktif adalah KWT Anggrek Ungu di Kelurahan Gunung Tabur. Selain menanam, mereka juga sudah mampu menjual hasil tani ke Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD).
“Mereka juga menjual langsung ke pasar, tidak melalui tengkulak. Sehingga, lebih berasa harganya ke para anggota,” paparnya.
Kendati demikian, untuk kelompok yang tidak aktif terus didorong untuk mengembangkan KWT-nya. Namun pihaknya tidak dapat memaksa apabila memang anggotanya memiliki kesibukan atau pekerjaan utama lainnya. Ke depan bakal terus dibina supaya perkembangannya lebih baik lagi.
“Kami juga membatasi anggota KWT sekitar 15-20 orang. Sebelumnya bisa sampai 30 orang tapi yang aktif hanya sedikit,” ucapnya.
Ia menambahkan, selain fisik, bantuan juga sudah disertai dengan pelatihan lapau pangan B2SA. Di mana sebelumnya telah dilakukan penetapan calon petani calon lokasi (CPCL).
Baru dilakukan sosialisasi dan pelatihan untuk kemudian disalurkan bantuannya.
“Karena isi dalam pelatihan itu pun mencakup cara membuat pupuk alami, jadi KWT tahu pupuk apa yang bisa digunakan dan aman,” kuncinya. (*/)
Penulis : Wahyudi
Editor : Ikbal Nurkarim