TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– PT Berau Coal menerima penghargaan dari Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia atas kontribusi aktifnya dalam penanganan penurunan angka stunting di wilayah operasional perusahaan, dalam acara Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Bangga Kencana dan Gebyar Penghargaan Pentahelix Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, pada Rabu (16/10/24) di Aula Makodam, Balikpapan.
Penghargaan ini diberikan atas inisiatif perusahaan yang telah berperan sebagai bapak asuh anak stunting, terutama melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan edukasi terkait stunting.
Dalam kesempatannya, Community Development Manager PT Berau Coal, Reza Hermawan, menjelaskan bahwa peran serta PT Berau Coal dimulai pada tahun 2023.
“Hari ini, kita mendapat penghargaan dari Kepala BKKBN RI atas peran serta perusahaan, dalam hal ini PT Berau Coal, dalam ikut serta penanganan penurunan stunting dengan menjadi bapak asuh anak stunting,” ungkap Reza.
Menurut Reza, perusahaan telah berfokus pada dua pendekatan, yaitu fase hilir dan fase hulu dalam menangani stunting.Ia menjelaskan, untuk fase hilir, PT Berau Coal memberikan PMT kepada anak-anak yang sudah mengalami stunting.
Sementara itu, untuk fase hulu, perusahaan berfokus pada pencegahan stunting dengan memberikan edukasi kepada remaja putri, ibu hamil dan anak muda di sekitar area operasional perusahaan.
Selain itu, program ini juga melibatkan pembentukan kelompok kerja di setiap kampung yang bekerja sama dengan PKK dan dasawisma.
“Saat ini, kami melakukannya di sekitar 36 kampung lingkar tambang kami yang ada di area PT Berau Coal. Rata-rata, di sana kami melaksanakannya dengan petunjuk teknis BKKBN RI, yakni antara 3 sampai 6 bulan untuk PMT ini,” jelasnya.
Reza juga menyampaikan harapannya agar penanganan stunting tidak hanya dilakukan oleh perusahaan, tapi semua pihak yang terkait.
“Harapannya kita bisa melaksanakan penanganan stunting, karena memang penanganan stunting ini harus dilakukan dari hulu dan hilir. Kita menangani yang sudah stunting dan kita harus mencegah agar tidak ada stunting baru. Ya, ini harapan kami agar semua pihak bisa berkontribusi dan ikut serta dalam penanganan stunting,” tuturnya.
Tidak hanya PT Berau Coal, upaya penurunan stunting juga didukung oleh berbagai pihak melalui kerangka kerja kolaboratif.
Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Tri Budi Utomo, yang diwakili oleh Kasdam VI/Mulawarman, Brigjen TNI Bayu Permana, menyoroti pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanganan stunting, terutama melalui program Bangga Kencana.
Program ini merupakan salah satu inisiatif dari BKKBN yang bertujuan untuk membangun keluarga yang berkualitas dan hidup dalam lingkungan yang sehat di Indonesia.
“Bangga Kencana merupakan singkatan dari Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana, yaitu program yang digunakan untuk memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi. Salah satu fokus utama dari program ini adalah penurunan kasus stunting di Indonesia,” ujar Brigjen TNI Bayu Permana.
Dalam rangka mempercepat pencapaian program Bangga Kencana dan penurunan stunting, Kodam VI/Mulawarman bersama dengan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara menyelenggarakan kegiatan KIE Bangga Kencana serta Gebyar Penghargaan Pentahelix.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen bersama dalam bentuk rencana aksi bersama mitra kerja.
Disamping itu, Reza Hermawan juga menekankan bahwa partisipasi PT Berau Coal dalam penurunan stunting merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, yang mengikuti Kepmen 1824 Tahun 2024 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Untuk CSR kami, ada 8 pilar, dan pilar tersebut kami upayakan satu per satu untuk kami lakukan bersama pentahelix keseluruhan dari pihak pemerintah, masyarakat, organisasi masyarakat, akademisi, maupun dengan NGO dan yang lainnya,” jelasnya.
Melalui pendekatan kolaboratif ini, PT Berau Coal berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya penurunan stunting secara menyeluruh, baik dari sisi pencegahan maupun penanganan kasus yang sudah ada.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, memberikan apresiasi kepada BKKBN Provinsi Kaltim yang telah menyelenggarakan kegiatan KIE Bangga Kencana serta Gebyar Penghargaan Pentahelix ini.
Kegiatan ini menegaskan bahwa penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab BKKBN, tetapi juga merupakan kewajiban bersama.
“Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada BKKBN Provinsi Kaltim yang telah menyelenggarakan kegiatan ini. Kegiatan KIE Bangga Kencana dan Gebyar Penghargaan Pentahelix pada hari ini membuktikan bahwa urusan Bangga Kencana ini tidak hanya menjadi tanggung jawab dari BKKBN,” ungkap Sri Wahyuni.
Ia juga menekankan bahwa penanganan stunting adalah tanggung jawab kolektif yang harus diemban semua pihak.
Termasuk dengan mitra-mitra pentahelix yang berkontribusi aktif dalam hal tersebut, salah satunya PT Berau Coal yang berhasil melakukan pencegahan dan penanganan stunting dari hulu ke hilir dengan program-program CSR.
Sri Wahyuni pun menyampaikan ucapan selamat dan harapan agar penghargaan ini tidak menghentikan semangat para mitra untuk terus bekerja sama dan bersinergi dalam mengatasi masalah stunting.
“Kami menyadari bahwa banyak sekali kerja sama dan kontribusi yang telah dilakukan oleh para mitra perusahaan bagi provinsi Kaltim, mulai dari penanganan rumah layak huni, pangan untuk penghijauan, pengentasan kemiskinan, hingga penanganan stunting,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sekda Provinsi Kaltim ini menjelaskan bahwa meskipun intervensi yang dilakukan oleh perusahaan bersifat non-fisik, hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan dapat memperoleh tempat di hati masyarakat.
“Ini adalah sebuah jalan bagaimana perusahaan bisa mendapat tempat di hati masyarakat, membangun sinergi bahwa kehadiran perusahaan itu tidak hanya untuk eksploitasi sumber daya tetapi juga memberikan kesejahteraan dan bahkan investasi sosial budaya yang berharga bagi masyarakat,” tambahnya.
Sebagai penutup, Sri Wahyuni mengapresiasi dukungan Kodam VI/Mulawarman dalam mengatasi masalah sanitasi, yang merupakan salah satu faktor hulu penyebab stunting.
“Tentu, pemkab jajaran telah mengatasi angka stunting. Angka stunting ini memang agak sulit. Karena itu, penanganan stunting di hulu dan hilir menjadi tanggung jawab kita sekalian,” tambahnya.
Stunting merupakan isu prioritas nasional, dan Provinsi Kaltim berkomitmen untuk menurunkan angka stunting dari 20,9 persen menjadi di bawah angka nasional sebesar 12,3 persen pada tahun 2024.
“Target penurunan angka stunting sangat signifikan, dari kondisi 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi targetnya 14 persen di tahun 2024,” jelasnya.
Sri Wahyuni juga mengakui bahwa Kabupaten Kutai Kertanegara dapat menjadi salah contoh yang baik dalam penurunan stunting, berhasil menurunkan angka dari 27,1 persen menjadi 17,6 persen. (ADV)
Penulis : Wahyudi
Editor : Ikbal Nurkarim