TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Dalam kesempatannya bersua dengan sejumlah komunitas Berau pada acara “Ngobras” alias Ngobrol Asyik Bareng Komunitas, Senin (24/6/2024) malam, Bupati Berau, Sri Juniarsih mendapat beberapa pertanyaan dari para partisipan.
Diantara pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada bupati perempuan pertama di Bumi Batiwakkal ini adalah terkait isu lingkungan yang saat ini banyak menjadi fokus berbagai pihak.
Pertanyaan tersebut dilontarkan salah seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Berau, yang tergabung dalam komunitas pecinta alam atau Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) terkait tambang ilegal yang saat ini banyak terjadi.
“Kalau kalian bertanya kenapa tambang ilegal masih terjadi di Berau sampai saat ini. Tadi saya sudah bahas, bahwa sebenarnya saya satu frekuensi dan keinginan dengan kalian. Saya tidak setuju itu. Tapi apakah bisa seorang bupati berteriak sendiri tanpa didukung pihak-pihak lain yang terkait?” ujarnya dihadapan ratusan partisipan.
Sri menjelaskan bahwa kewenangan terkait pertambangan merupakan hak pemerintah pusat. Dirinya sebagai kepala daerah, tidak punya kewenangan lebih untuk memberantas tambang ilegal.
Adapun yang dapat dilakukannya sebagai bupati hanyalah sebatas melaporkan dan meminta aparat berwajib untuk menangkap serta menghukum para pelaku tambang ilegal.
“Saya sebenarnya marah. Tidak setuju. Tapi lagi lagi saya katakan saya tidak punya kewenangan di situ,” ucapnya.
Sri mengatakan dirinya sudah berkali-kali melaporkan pelaku tambang ilegal dan bahkan beberapa diantaranya diproses secara hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Hingga saat ini, Sri menyebut ia bersama dengan Gubernur Kaltim sedang mengupayakan agar tambang ilegal tidak lagi terjadi di Berau.
“Ini yang sedang kami perjuangkan ke pusat,” katanya.
Bupati dengan tegas mengaku kecewa dan sedih jika selalu menjadi pihak yang dipersalahkan atas keberadaan tambang ilegal di Bumi Batiwakkal.
“Kadang sayang berpikir, mereka (pelaku tambang ilegal) yang makan nangkanya, saya yang dapat getahnya. Saya yang dimaki-maki masyarakat. Kalau saya bisa menangis, saya akan menangis,” tutupnya dengn suara bergetar. (mrt)
Editor: Dedy Warseto