TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini mengungkapkan bahwa saat ini Pemkab Berau berkomitmen mengembangkan industri perkebunan di daerah. Diantaranya dengan memberikan stimulan bagi kelompok tani yang hendak meluaskan lahan perkebunannya.
Diantara lima komoditas unggulan saat ini, dua diantaranya adalah Kelapa dan Cokelat mendapatkan keuntungan untuk dibantu pemerintah melalaui bantuan stimulan. Yaitu dengan mendapatkan bantuan sarana produksi seperti pupuk hingga pestisida.
“Sekarang kita akan memberikan bantuan stimulan kepada kelompok tani kita, mereka bisa mendatangi dan mengusulkan permintaannya di Dinas Perkebunan untuk dikabulkan,” ungkap Lita, Selasa (23/1/24).
Lanjutnya, pada awal tahun 2024 ini telah rilis harga komoditas unggulan. Beberapa jenis diantaranya mengalami kenaikan, seperti komoditas Karet dari semula seharga Rp 9.000 naik menjadi Rp 10.100 hingga Rp 13.000 per Kilogramnya. Hal ini mengalami kenaikan meski tidak terlalu tinggi.
“Menang perkebunan karet ini banyak juga ditinggalkan masyarakat karena harganya yang fluktuatif,” ujarnya.
Kendati demikian, di Berau terdapat banyak perkebunan karet, namun harga yang kerap naik dan turun menjadikan banyak pekebun karet yang meninggalkan. Dirinya sendiri berharap, hal-hal seperti ini tidak dianjurkan dilakukan. Kedepan diharapkan perkebunan bisa terus berjalan dengan harga yang ada.
Sementara itu, ntuk komoditas Cokelat, Lita mengatakan dari harga yang ditentukan bahwa di Berau justru cokelat terjual diatas harga anjuran yang hanya berkisar Rp 28.000 hingga Rp 32.000, yaitu di Berau untuk cokelat dengan kualitas terbaik atau grade A terjual dengan harga Rp 40.000.
“Justru cokelat kita jauh lebih tinggi daripada harga pasaran yang tertera,” katanya.
Sedangkan, untuk Komoditas Lada atau kerap disebut Sahang, ia menerangkan bahwa saat ini berada pada harga Rp 55.000 hingga Rp. 90.000. Harga ini kata dia merupakan harga yang standar pada bulan sebelumnya. Harga lada tertahan pada level tersebut beberapa waktu lalu.
“Kalau lada itu tertahan aja, tidak ada naik atau turun,” tuturnya.
Lita mengimbau masyarakat atau kelompok tani yang memiliki komoditas tersebut untuk tetap fokus bertahan melaksanakan perkebunan tersebut. Sehingga, ketika harga tinggi bisa menjadi pemasukan dan keuntungan bagi masyarakat.
“Kalau perlu bantuan atau konsultasi bisa langsung ke kantor bertemu dengan kami,” tandasnya. (Yud/Ded)