TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Kasus stunting di Kabupaten Berau masih menjadi perhatian khusus bagi Pemkab Berau. Berdasarkan data yang ada, kasus stunting di Kabupaten Berau mengalami penurunan sebesar 4,1 persen dari stunting rentang tahun 2021-2022.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemkab Berau bersama stakeholder terkait lainnya untuk terus menekan angka stunting. Namun angka stunting tersebut masih belum memenuhi standar sehat dari World Health Organization (WHO) yang menetapkan sebesar 20 persen.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua DPRD Berau, Syarifatul Syadiah, menyebut peran seluruh pihak sangat dibutuhkan dalam upaya menurunkan angka stunting. Seluruh OPD harus bekerjasama menekan kasus stunting lewat masing-masing programnya.
“Tugas menurunkan angka stunting adalah tugas kita bersama. Bukan hanya instansi kesehatan, tetapi seluruh instansi harus terlibat di dalamnya” ujar Sari.
Kasus stunting, lanjut Sari, sudah menjadi isu nasional yang tidak bisa disepelekan. Sebab dampak negatif yang terjadi karena stunting dapat memempengaruhi kesehatan jangka panjang. Diantaranya tumbuh kembang anak yang akan terhambat. Terhambatnya tumbuh kembang anak, kemudian dapat menjadi faktor tidak berkembangnya otak anak. Sehingga dapat menyebabkan kemampuan dan mental anak menjadi tidak baik.
Sari berharap apa yang dilakukan Pemkab Berau untuk menekan angka stunting saat ini dapat membuahkan hasil yang baik terhadap kemungkinan bertambahnya angka anak dengan gejala stunting.
Selain itu, Sari juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap gejala stunting hingga mengetahui penyebab serta ciri-ciri umumnya.
Tak hanya itu, masyarakat juga diimbau agar memanfaatkan kesempatan melalui program yang digencarkan pemerintah untuk menekan angka stunting. Yaitu dengan rutin memeriksakan anak ke posyandu setempat.
“Bukan hanya dari pemerintah, tetapi langsung dari masyarakat juga harus turut aktif mendukung program pemerintah kita dalam memberantas stunting. Aktiflah membawa anak-anak ke posyandu, agar gejala stunting yang mungkin terjadi pada anak bisa segera diatasi,” jelasnya.
Ia juga berharap kepada instansi kesehatan yang ada agar terus giat mensosialisasikan pentingnya memenuhi gizi sejak masa kehamilan hingga masa menyusui, agar anak yang lahir selalu dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala-gejala mengkhawatirkan lainnya.
“Penting bagi instansi kesehatan untuk terus memahamkan kepada masyarakat bahwa menjaga pola makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang sangat penting. Kalau pun memang ada masyarakat yang tidak mampu, bisa segera melaporkan kepada pihak terkait untuk diberikan bantuan, jangan sampai terlewatkan dan akhirnya bisa mempertaruhkan kesehatan anak yang akan dilahirkan,” pungkasnya. (Mrt/Ded/Adv)





