TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Dalam rangka memperingati Hari Sungai Nasional beberapa waktu lalu, sekelompok anak muda Kabupaten Berau yang mengatasnamakan Komunitas Tepian Kolektif Berau menggelar kegiatan Tur De Guris yang bertujuan untuk mengarsipkan kesenian dan budaya asli Berau yang dibungkus dalam satu perjalanan.
Adapun beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, diantaranya susur Sungai Segah, telisik perahu hingga diskusi ringan terkait guris atau membaca arus sungai. Sasarannya sendiri yakni pemuda pemudi Berau yang dinilai perlu mengetahui kearifan lokal agar dapat terus dilestarikan.
Salah satu anggota Tepian Kolektif Berau, Risna Herjayanti mengatakan, tur de guris dipilih sebagai salah satu muatan lokal atau pengetahuan lokal masyarakat Suku Banua (suku asli Berau) yang masih sedikit orang tahu.
“Kami mencari apa yang menjadi keunikan dari Berau. Hal-hal yang dibicarakan oleh masyarakat tapi belum banyak diketahui. Akhirnya dapatlah metode membaca arus sungai yaitu guris,” terangnya.
Selain itu, pihaknya juga ingin mengajak generasi muda untuk mengetahui keunggulan dari pengetahuan lokal Berau yang mungkin akan berguna nantinya. Yang mana diarsipkan melalui berbagai program yang diharapkan dapat dipahami sebagai pengetahuan dan media pertukaran perspektif.
“Kami ingin mengarsipkan hal-hal yang tidak atau jarang dibicarakan. Misalnya pengetahuan lokal, mitos hingga spiritual,” bebernya.
Disamping itu, pihaknya juga berpartisipasi dalam salah satu program Indonesian Visual Art Archive (IVAA) yang disebut Ephemera, yakni pengarsipan budaya yang ada disekitar.
Dirinya menjelaskan, IVAA sendiri merupakan organisasi penyelenggaraan arsip seni rupa yang menjadi titik pertemuan antara seniman, kurator, akademisi hingga orang-orang yang berkerja di bidang seni dan humaniora.
“Program IVAA tersebut sejalan dengan tujuan komunitas kami dibentuk yakni salah satu fokusnya bergerak dibidang pengarsipan kebudayaan dan kesenian asli Bumi Batiwakkal,” jelasnya.
Sementara, Anggota Tepian Kolektif Berau lainnya, Nella Putri menambahkan, pihaknya menemukan satu pengetahuan lokal yang disebut guris berdasarkan hasil kajian mereka dengan mewawancarai masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai.
“Alhasil kami dapat suatu pengetahuan lokal untuk mitigasi bencana karena ternyata masyarakat di pinggir sungai sering mengalami banjir menahun,” sebutnya.
Hal ini menurutnya menjadi pengetahuan yang perlu untuk disebarkan kepada masyarakat luas sebagai mitigasi bencana. Sehingga, hanya dari melihat arus sungai dan bulan saja masyarakat bisa mengetahui bahwa akan terjadi banjir.
“Kegiatan seperti ini memang baru pertama kali dilaksanakan, namun ia berharap bisa menjadi agenda rutin dan mendapatkan dukungan dari Pemkab Berau. Juga bisa merangkul dan diketahui oleh banyak orang,” pungkasnya. (Yud/Ded)