PORTALBERAU– Pemerintah Provinsi Kaltim bekerjasama dengan Pemkab Berau, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YAKN) membawa Kampung Labanan Makmur untuk belajar mengelola Badan Usaha Milik Desa dan Sistem Informasi Desa ke Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, sejak Selasa-Jumat (28-31/1/2020 )
Studi Banding ke Desa Terbaik Versi Kementerian Desa yang dibuka oleh Bupati Berau, H Muharram yang bertempat di Rumah Makan Kampoeng Mataram, Desa Penggungharjo ini, adalah sebagai bentuk apresiasi Pemda kepada kampung Labanan Makmur yang telah mendapatkan predikat sebagai Desa Mandiri.
Diketahui Rumah Makan Kampoeng Mataraman merupakan salah satu unit usaha dari 7 unit usaha BUMDes Panggung Lestari. Kampoeng Mataraman dibangun sebagai wahana wisata edukasi berbasis kebudayaan ala masyarakat desa.
Menurut Direktur BUMDes Panggung Lestari, Eko Pambudi, “Kampoeng Mataraman menempati lahan Kas Desa seluas 6 hektar. Setting bangunan, pelayanan ala Kerajaan Mataram beberapa abad yang lalu.
SEMBADA dimaksudkan untuk belajar secara langsung, terutama tentang success story atau kisah sukses dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sudah merebut juara nasional dan mendapat pengakuan dunia internasional.
Betapa tidak, BUMDes Panggung Lestari Desa Panggungharjo didirikan Tahun 2013. Waktu itu penyertaan modal dari Pemerintah Desa (Pemdes) sebesar 37 juta rupiah. Tahun 2014 dan 2015 dari Pemdes Panggungharjo berturut-turut menggelontorkan dana sebesar 100 juta dan 150 juta rupiah.
Tahun 2013, jumlah pengurus BUMDes hanya 3 orang. Tahun 2020 ini jumlah karyawan BUMDes Desa Panggungharjo sebanyak 98 orang. Setiap karyawan rata-rata digaji berdasarkan standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bantul.
“Setiap bulan Manajemen BUMDes harus menyiapkan gaji karyawan sebesar 2019 juta” ujar Eko Pambudi. Dengan kata lain, setahun BUMDes harus menyiapkan gaji karyawan tidak kurang dari 2,6 miliar rupiah.
Tahun 2016 hingga sekarang sudah tidak ada lagi penyertaan modal dari Pemdes Panggungharjo. Mulai tahun 2016 BUMDes sdh bisa memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar 20 juta rupiah. Tahun 2017 naik drastis menjadi 150 juta rupiah. Tahun 2017 turun menjadi 107 juta rupiah. Sedangkan Tahun 2019 BUMDes sudah mampu menyumbangkan kontribusi PADes sebesar 170 miliar rupiah.
Dengan demikian total kontribusi PADes sejak Tahun 2016 sudah mampu nenambah pundi-pundi kas Desa sebesar 447 juta rupiah. Bandingkan dengan jumlah penyertaan modal Pemdes sebesar 287 juta rupiah. Berarti BIMDes tsb sangat sehat. Menurut hemat saya, kontrubusi BUMDes terhadap PADes tidaklah begitu besar. Tetapi prinsip benefit (kemanfaatan) jauh lebih besar dibandingkan prinsip profit (laba).
Bisa dibayangkan, sebuah BUMDes bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak hampir 100 orang dan 95 adalah tenaga lokal Desa Panggungharjo. Menelisik informasi lebih lanjut dari hasil wawancara saya dengan Direktur BUMDes Panggung Lestari, saat ini jumlah jumlah omset 6 milyar rupiah. Sedangkan jumlah aset, baik berupa barang berwujud maupun tidak berwujud sebesar
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim, dalam sambutannya, memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemkab Berau yang telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap kemajuan desa/kampung yang ada di wilayah Kab. Berau. Begitu juga Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kampung, para Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), para Pejuang SIGAP (Aksi Inspiratif Warga Untuk Perubahan).
Diketahui, berdasarkan pengukuran Indeks Desa Membangun (IDM), yang meliputi Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL), dan Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE), pada Tahun 2017 dibandingkan Tahun 2019 Kabupaten Berau mengalami peningkatan yg luar biasa. Pada tingkat provinsi posisinya menduduki peringkat kedua. Satu tingkat di bawah Kabupaten Penajam Paser Utara.
Tahun 2017, jumlah Kampung di Kabupaten Berau yg masih tergolong tertinggal hampir 50 persen. Tepatnya 49 kampung atau 49 persen. Sedangkan rata-rata provinsi sebesar 45,30 persen. Berarti desa tertinggalnya masih lebih besar daripada rata-rata provinsi. Tahun 2019, jumlah kampung yg tertinggal hanya 20 kampung atau 20 persen. Berarti mengalami penurunan sebesar 29 persen. Sedangkan rata-rata provinsi jumlah desa tertinggalnya masih sebesar 33,89 persen.
Pada Tahun 2017, jumlah kampung yg masih masuk katagori sangat tertinggal sebanyak 18 kampung atau sebesar 18 persen. Sementara jumlah desa sangat tertinggal di seluruh provinsi sebesar 16,29 persen. Dengan kata lain jumlah desa sangat tertinggal di Kabupaten Berau lebih besar jika dibandingkan rata-rata provinsi. Tetapi pada Tahun 2019, kampung yang masuk katagori sangat tertinggal hanya menyisakan 1 kampung atau 1 persen dari 100 kampung. Sementara jumlah desa sangat tertinggal di seluruh provinsi sebanyak 23 desa atau 2,73 persen. (*)